Jumat, 08 November 2013

Hayyy


Cerita Kecil ^^





I am YOUR  SECRET ADMIRER
Apa kalian  pernah jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang?. Lalu seperti apa rasanya itu? .  Apa benar rasanya semanis coklat atau memabukan seperti rasa kopi di pagi hari. Tapi bagiku cinta pada pandangan pertama itu seperi kembang api yang meletus saat pergantian tahun baru. Mataku tak bisa berhenti melihatnya dan jantungku akan berdetak seperi gemuruh kembang api.  Dan samapai sekarang selalu ada kembang api saat aku melihat dia disekitarku. Seperti  ini aku hanya melihatnya dari jauh dan memandang dia dengan tatapan kagum.
“Jangan hanya dilihat tapi hampiri dia” celetuk seseorang sambil duduk di sampingku.
“Suaramu menghalangi pesonanya Mel” sahutku terus melihat sosok dia.
“Tapi buktinya kau tetap melihat dia tanpa memperdulikan sahabatmu ini  VIA” kata dia bosan.
“Tapi suaramu mengancurkan konsentrasiku memperhatikannya” sahutku kesal melihat sahabatku Melita.
“Benarkah?” Tanya dia menggoda
“Iya” jawbanku tegas “ hanya sampai minggu besok aku bisa melihat dia, coba saja libur semester ini diundur saja” keluhku menghela napas.
“Gila aja, silahkan kau saja. Aku sudah tak tahan untuk pulang kampung tau” kata Melita tak terima. Benar setelah seminggu penuh melewati UAS semester ganjil hampir semua siswa mengindam-ngidamkan untuk pulang ke kampung halaman masing, begitu pula denganku yang telah sebulan penuh tak pulang kampung karena harus menuntut ilmu di salah satu peguruan tinggi negeri di kota Semarang  ini. Tap i kalau  berfikir  harus tidak  melihat  sosoknya  selama sebulan pasti ada yang hilang, karena itu aku tak boleh menyia-nyiakan saat ini, masa bodo jika nanti punggung dia jadi bolong karena aku terus melihatnya.
“Hei kok malah ngelamun?” Tanya Melita sedikit heran
“Benar yang kau katakan mungkin benar aku memang sudah gila, hah” kataku menerawang langit cerah hari ini. “Aku galau Mel” rengek ku.
“Kau benar suka dia ya?” selidik Melita
“Mungkin, yang jelas setelah acara penerimaan mahasiswa baru itu mataku tak bisa lepas dari dia. Semakin hari pandanganku tak lepas dari dia, mungkin dia memakai jampi-jampi khusu  makanya aku tak bisa lepas dari sosoknya” kataku dengan riang di iringi dengan cengiran khasku.
“Iya kau memang suka dia, bahakan  tanpa kau sadari  perasaan itu sudah ada di dalam hatimu yang paling jauh” kata Melita serius  dengan muka yang aneh.
“Benarkah?” tanyaku setengah bercanda. “Entahlah itu suka tau cinta aku tak memikirkan itu, yang jelas aku hanya suka melihat dia bahkan kalaupun itu hanya punggungnya saja. Melihatnya setiap hari itu saja sudah membutku bahagia” ungkapku jujur.
“Hanya melihat?” Tanya Melita heran , dan ku jawab dengan anggukan ringan “Tidak ingn lebih?” Tanya di lagi. Aku hanya menaikan alisku sebentar dan menggelengkan kepalaku dengan senyum riang. “Bahkan kau tak tau namanya tapi kau puas hanya melihatnya walau itu hanya punggungnya saja?” Tanya Melita tak percaya. “Bagaimana jika dia punya pacar apa kau tak sakit hati?” Tanya Melita penuh selidik lagi.
“Itu tak masalah, karena aku pihak yang menggumi dia dari jauh jadi akau tak mengarapkan dia akan jatuh cinta padaku bahkan aku tak berfikiran sampai sejauh itu. Aku terima resiko apapun karena itu pilihanku menjadi pengagumnya secara sepihak dan sembunyi-sembunyi “Jawabku sambil melihat sosoknya yang masih berbicara dengan teman-temannya dengan riang di taman depan falkutasku. Saat melihatnya tersenyum renyah aku pun ikut tersenyum
“Dasar gila, lama kelamaan kau bisa dikira tukang intip tau” kata Melita menggelangkan kepalanya tak percaya.
“Itu memang sudah ku lakukan kok dari dulu ” jawabku mengangkat kedua pundaku tak peduli dengan Melita terus memperhatikan sosok itu.
                                                ===================================
“Hah kemana itu Melita se? katanya mau kekantin tapi malah ngilang gitu aja” kata Ajeng dengan kesal di depan ruang ujian hari ini. Ajeng adalah sahabatku sama seperti Melita kami berkenalan saat penerimaan mahasiswa baru 1 tahun yang lalu.
“Palingan dia lagi cari materi buat  ujian besok” kataku santai mataku langsung mencari sosok itu.
“Dasar”gerutu Ajeng sambil menyilakan tangannya “Dan kau berhenti bertingkah  seperti orang kehilanan barang” tambah Ajeng jengah melihat kelakuanku.
“Bodo, suka-suka dong  ngapain kamu yang sewot” kataku cuek dan terus mencari sosoknya. Mungkin kalau ini adalah film PERAHU  KERTAS aku sudah menggunakan radar untuk mencari dia.
“Cuma pengin nglihatin Adit aja ampe kaya itu, kamu freak Vi” kata Ajeng belagak bijak dan ku jawab hanya dengan gauman kecil. Ajeng langsung marah dengan responku. Tuhan kenapa kau kirim aku sahabat yang emosian kaya gini si. “Via” kata Ajeng marah.
“Apa Ajeng cantik” sahutku males.
“Dengerin omongan sahabatmu yang baik ini napa” gerutu Ajeng “ Sekarang aku Tanya apa se bagusnya Adit, okeh selian dia putih dan tinggi dia hanya seorang mahasiswa yang sok eksis di organisasi kemahasiswaan, sok kritis dan sok eksis” lanju Ajeng sinis.
“Yee itu kan karena kamu kalah eksis sama dia dalam oraganisasi, jadi jangan salahkan dia dong. Aku hanya suka lihat senyum dan sosoknya doing kok” jawabku santai. Ajeng hanya mengendus kesal dan memalingkan wajahnya. Aku mencari sosoknya  dan bingo ketemu dia berjalan dari arah tangga menuju parkiran. Hari inipun di mempesona seperi biasanya. Senyumku langsung hilang sekita begitu melihat sosok perempuan cantik dengan rambut panjangnya dan wajah orientalnya berlari kecil mengapiri dia sambil merengek meminta sesuatu dan di jawab senyum yang ku sukai dari dia .
“Via, via” teriak seseorang mengmpiri kami dengan tergesa-gesa aku hanay diam mematung tampa melihat Melita tatapnku hanya tertuju pada dia.
“Melita dari mana saja ha?”Tanya Ajeng cepat
“Via kamu tahu aku dapat kabar dari anak psikologi kalau Adit lagi deket sama anak yang namanya Mon…mon..?” kata Melita cepat tanpa mempedulikan Ajeng.
“Monik anak psikologi semester 1”kata Ajeng males.
“Iya monik, vi” kata Melita girang “Loh Ajeng sejak kapan kamu di sini?” Tanya Melita heran.
“Kamu dasar, aku sudah dari tadi ada disini, di samping Via paham” kata Ajeng tak terima dan memukul Melita dengan buku yang dibawanya.
“He..he.. maaf abis ga lihat” jawab Malita tanpa dosa. “Via”sentak Melita sedikit keras dan membangunkan lamunanku.
“Ah iya Mel kenapa” kataku berusaha untuk tersenyum.
“Itu Adit katanya sudah..”
“Ah iya aku sudah tau kok hehe.., ayo kita ke kantin sekarang aku udah laper nih” kataku memotong perkataan Melita dan mulai berjalan duluan menuju kantin “Aku tau mel, tolong jangan perjelas semua ini” kataku dalam hati.
“Dia kenapa? Tanya Melita heran?
“Itu” tunjuk Ajeng pada sesuatu, Melita melihat kemana Ajeng menujuk ternyata kearah parkir.
“Itu kan” kata Melita tak percaya
“Dia tau karena dia melihat sendiri dan kau memperjelas apa yang ia lihat” terang Ajeng  sambil menghela napas panjang. “Pada akhirnya walau dia bilang dia hanya pengagum rahasia yang secara tidak sopan dan tanpa ijin selalu mencuri lihat dia tetap saja kalau melihat orang yang diperhatikan dekat  orang lain apa lagi jadi  milik orang lain pasti rasanya sakit” jelas Ajeng bijak.
  ===========================================================
Sejak saat itu aku tak pernal lagi melihat apalagi memperhatikan sosoknya lagi, bukan karena rasa kagum itu telah hilang tapi rasanya sakit kalau ternyata apa yang jadi kebiasaanku itu telah berasa orang lain dan tersenyum pada orang lain.  Dan beruntung lah kedua sahabatku tak banyak bertanya atau pun berkomentar banyak, mereka seakan tahu kalau sekarang aku memang butuh waktu. Ini adalah resiko dari perbuatanku dan aku akui itu, tapi aku tak menyesal akan apa yang aku lakukan hanya saja ada rasa kecewa bercampur sakit di hatiku.
Akhir  ujian semester ini dihiasi hujan. Iya setidaknya hujan ini mencerminkan isi hatiku. Setidaknya hujan ini mengantikan air mataku yang mungkin tak bisa keluar lagi.  Aku dan Ajeng duduk di depan kelas sambil menunggu ujian selanjutnya.  Kampus tampak sepi hari ini hanya bebrapa mahasiswa yang hilir mudik, mungkin sebagian dari mereka sudah pulang kampung. Kenapa tiba-tiba aku merasa ingin pulang ke rumah setidaknya disana ada kakak ku yang membuatku lupa akan dia. Hujan ini menjadi hiburan satu-satunya untukku saat ini, lihatlah hujan bertapa menyedihkannya aku saat ini.
“Ini” kata Ajeng  memberikan sebelah  headsetnya  padaku “Ini lagu bagus  kok” lanjutnya. Aku memaki sebelah hesetnya di telinga kananku. Sebuah alunan nada mulai terdengar  dan nada ini sangat familiar di telingaku.
“Secret admirer” kataku tersenyum heran,  Ajeng  hanya mengangkat kdeua bahunya dan ikut tersenyum.
Oh, secret admirer?
When you’re around the autumn feels like summer
How come you’re always messing up the weather?
Just like you do to me..
Andai kehadiranku sedikit  mengacaukan harinya pasti aku sedikit berbangga diri menjadi pengagum rahasianya . Tapi sepertinya itu tidak mungkin karena dia bahkan belum mengenalku sama sekali
My Silly admirer
How come you never send me bouquet of flowers?
It’s whole lot better than disturbing my slumber
If you keep knocking at my door
Last night in my sleep
I dreamt of you riding on my counting sheep
Oh how you’re always bouncing
Oh you look so annoying
Apakah kehadiaranku selalu manggangu mu, apakah aku pernah ada dalam mimipi-mimpi malammu?
Dear handsome admirer
I always think that you’re a very nice fellow
But suddenly you make me feel so mellow
Every time you say: ”HELLO!”
Membuatmu merasa mellow karena sapaanku, rasanya itu tak kan pernah tertjadi.  Karena kita tak pernah bertegur sapa apalagi berteman.
And every time you look at me
I wish you vanish and disappear into the air
How come you keep on smiling?
Oh! You look so annoying?.
My secret admirer
I never thought my heart could be so yearning
Please tell me now why try to ignore me
‘Cause I do miss you so
My silly admirer (’cause I do miss you so..)
My handsome admirer (’cause I do miss you so..)
Dear secret admirer?
Cause I do miss you so?
Apakah keberadaanku ini membuatmu marah, apakah kau juga merasa kehilangan aku saat aku tak memeperhatian sosokmu lagi?.
“Hah..”  aku mengela napas panjang “Terima kasih” kataku jujur pada Ajeng . Ajeng hanya tersenyum lembut. Mungkin benar ini saatnya aku berhenti menjadi pengagum rahasianya karena aku begitu pecundang hanya melihatnya dari jauh tanpa pernah mau mendekat.  Andai saja ada kesempatan lagi mungkin aku akan menjadi pengagum yang sopan karena setidaknya dia mengenal aku. Aku hanya tertawa kecil menertawakan diriku sendiri.
“Permisi” suara baritone itu mengentikan kegiatan  gilaku  “Apa boleh aku pinjam payungmu?” Tanya suara itu dengan sopan, saatku arahkan pandanganku ternyata sosok itu ada di depanku.
“Ha”hanya kata itu yang terlontar dariku.
“Kamu Vianita jurusan Pendidikan Guru SD semester 3 kan?” Tanya sosok itu dengan ramah aku hanya menganggukkan kepalaku  heran “ Oh aku Aditiya jurusan Psikologi smester 3, kita satu gedung mungkin kamu jarang melihatku” lanjut dia sedikit gugup “Ano boleh pinjam payungmu sebentar tidak, temankku mau mengambil barang yang ketinggalan di sepeda motornya”  kata dia sedikit memelas.
“Payung?”tanyaku membeo setelah sadar dari ketidak percayaan
“Iya paying yang ada di samping mu itu” kata dia sambil menujuk ke  sampingku. Aku memberikan paying itu dan dia menerimanya dengan penuh senyum ramah, senyum yang selalu ku suka itu. Sosok itu pun pergi dan mengampiri temannya dan berjalan menuju sepeda motor biru itu. Mataku kembali tak bisa lepas dari sosok itu.
“Cie yang di kenal sama Adit” goda Ajeng. Sial aku lupa dengan sosok sahabatku ini, aku hanya menjawab dengan cengiran khasku.
“Oh ini terimakasih” kata Adit berjalan terpogoh-pogoh sambil meneteng paying yang basah karena hujan. “Berkat payungmu laporanku terselamtkan” tutur dia senang.
“Iya sama-sama” jawabku dengan senyum malu-malu.
“Sepertinya ada yang dilupakan disini” kata Ajeng sedikit sinis.
“Aku sudah sering menyapamu Jeng, kau saja yang selalu berlagak tidak mengenalku” jawab Adit tak kalah sinis.
“Aku tak kenal dengan teman yang tak mau makan-makan karena sudah jadian, cepet putus loh” goda Ajeng lagi. Hatiku sedikit terohok teringat Adit sudah ada yang punya.
“Jadian? Siapa?” Tanya Adit heran.
“Kau dengan anak semester satu itu” jawab Ajeng santai
“Monik” jawab dia cepat dan kemudian tertawa renyah “ tidak-tidak kok” lanjut dia sambil mengibas-ngibaskan tangannya “ Dia hanya meminjam buku-bukuku saja” terang dia
“Tapi sepertinya dia suka kamu Dit” kata Ajeng penasaran
“Sejak kapan Ajeng menjadi sekepo ini hah?” Tanya Adit menggoda Ajeng, Ajeng hanya melihat Adit sinis “Kalau dia suka padaku ya itu hak dia tapi sudah ada yang menarik perhatianku apalagi dia begitu misterius karena dia selalu diam sambil melihatku dari jauh  dan itu bukan Monik” jelas Adit sambil merlirik ku. “Ya sudah lah, aku balik dulu mau ngumpulin laporanku” lanjut dia berbalik dan melangkah meninggalkanku dan Ajeng. “
Apa maksud lirikannya tadi “ kataku dalam hati “Apa orang itu aku, ah tidak mungkin”
“Oh iya” kata Adit sedikit keras dan bebalik melihat aku dan Ajeng “Ajeng tolong bilang pada orang di sebelahmu jangan jadi orang misteruis yang hanya duduk termenung sambil melihat kearahku tanpa mau menyapaku dan jangan selalu memalingkan mukanya saat bertemu denganku di jalan karena aku tidak semenakutkan itu” lanjut Adit dengan senyum manisnya dan kembali berjalan menjauh tak lupa dengan lambaian tanganya.
“Cie-cie Via, kayanya ada yang berbunga-bunga nih karena ternyata kegiatannya menguntin ketahuan  orangnya langsung” goda Ajeng
“What dia tahu! Selama ini  dia tahu kalau aku melihat dia. Dan dia hanya diam dan mebuatku seperti orang bodoh” kataku dalam hanya menggeram kesal. “Dasar menyebalkan” kataku sebal “Dia mempermainkanku, di  pura-pura tak tahu selama ini dan membuatku seperti orang bodoh Jeng, dia menjelangkelkan” kataku tak terima. Ajeng hanya cekikian melihat tingkahku. “Awas kau Adit  akan ku ganggu hidupmu sampai kau merasa hidupmu itu seperti di neraka” kataku keras tak peduli dia akan dengar bahakan aku berharap dia mendengar apa ucapanku tadi,  Dan ia akan ku buat di keneraka tapi itu pasti neraka terindah untuk ku.
                                                    ========== ^^==========