I am YOUR
SECRET ADMIRER
Apa kalian pernah
jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang?. Lalu seperti apa rasanya
itu? . Apa benar rasanya semanis coklat
atau memabukan seperti rasa kopi di pagi hari. Tapi bagiku cinta pada pandangan
pertama itu seperi kembang api yang meletus saat pergantian tahun baru. Mataku
tak bisa berhenti melihatnya dan jantungku akan berdetak seperi gemuruh kembang
api. Dan samapai sekarang selalu ada
kembang api saat aku melihat dia disekitarku. Seperti ini aku hanya melihatnya dari jauh dan
memandang dia dengan tatapan kagum.
“Jangan hanya dilihat tapi hampiri dia” celetuk
seseorang sambil duduk di sampingku.
“Suaramu menghalangi pesonanya Mel” sahutku terus
melihat sosok dia.
“Tapi buktinya kau tetap melihat dia tanpa
memperdulikan sahabatmu ini VIA” kata
dia bosan.
“Tapi suaramu mengancurkan konsentrasiku
memperhatikannya” sahutku kesal melihat sahabatku Melita.
“Benarkah?” Tanya dia menggoda
“Iya” jawbanku tegas “ hanya sampai minggu besok aku
bisa melihat dia, coba saja libur semester ini diundur saja” keluhku menghela
napas.
“Gila aja, silahkan kau saja. Aku sudah tak tahan
untuk pulang kampung tau” kata Melita tak terima. Benar setelah seminggu penuh
melewati UAS semester ganjil hampir semua siswa mengindam-ngidamkan untuk
pulang ke kampung halaman masing, begitu pula denganku yang telah sebulan penuh
tak pulang kampung karena harus menuntut ilmu di salah satu peguruan tinggi
negeri di kota Semarang ini. Tap i kalau
berfikir harus tidak melihat sosoknya selama sebulan pasti ada yang hilang, karena
itu aku tak boleh menyia-nyiakan saat ini, masa bodo jika nanti punggung dia jadi
bolong karena aku terus melihatnya.
“Hei kok malah ngelamun?” Tanya Melita sedikit
heran
“Benar yang kau katakan mungkin benar aku memang
sudah gila, hah” kataku menerawang langit cerah hari ini. “Aku galau Mel”
rengek ku.
“Kau benar suka dia ya?” selidik Melita
“Mungkin, yang jelas setelah acara penerimaan
mahasiswa baru itu mataku tak bisa lepas dari dia. Semakin hari pandanganku tak
lepas dari dia, mungkin dia memakai jampi-jampi khusu makanya aku tak bisa lepas dari sosoknya”
kataku dengan riang di iringi dengan cengiran khasku.
“Iya kau memang suka dia, bahakan tanpa kau sadari perasaan itu sudah ada di dalam hatimu yang
paling jauh” kata Melita serius dengan
muka yang aneh.
“Benarkah?” tanyaku setengah bercanda. “Entahlah
itu suka tau cinta aku tak memikirkan itu, yang jelas aku hanya suka melihat
dia bahkan kalaupun itu hanya punggungnya saja. Melihatnya setiap hari itu saja
sudah membutku bahagia” ungkapku jujur.
“Hanya melihat?” Tanya Melita heran , dan ku jawab
dengan anggukan ringan “Tidak ingn lebih?” Tanya di lagi. Aku hanya menaikan
alisku sebentar dan menggelengkan kepalaku dengan senyum riang. “Bahkan kau tak
tau namanya tapi kau puas hanya melihatnya walau itu hanya punggungnya saja?”
Tanya Melita tak percaya. “Bagaimana jika dia punya pacar apa kau tak sakit
hati?” Tanya Melita penuh selidik lagi.
“Itu tak masalah, karena aku pihak yang menggumi
dia dari jauh jadi akau tak mengarapkan dia akan jatuh cinta padaku bahkan aku
tak berfikiran sampai sejauh itu. Aku terima resiko apapun karena itu pilihanku
menjadi pengagumnya secara sepihak dan sembunyi-sembunyi “Jawabku sambil
melihat sosoknya yang masih berbicara dengan teman-temannya dengan riang di
taman depan falkutasku. Saat melihatnya tersenyum renyah aku pun ikut tersenyum
“Dasar gila, lama kelamaan kau bisa dikira tukang
intip tau” kata Melita menggelangkan kepalanya tak percaya.
“Itu memang sudah ku lakukan kok dari dulu ”
jawabku mengangkat kedua pundaku tak peduli dengan Melita terus memperhatikan
sosok itu.
===================================
“Hah kemana itu Melita se? katanya mau kekantin
tapi malah ngilang gitu aja” kata Ajeng dengan kesal di depan ruang ujian hari
ini. Ajeng adalah sahabatku sama seperti Melita kami berkenalan saat penerimaan
mahasiswa baru 1 tahun yang lalu.
“Palingan dia lagi cari materi buat ujian besok” kataku santai mataku langsung
mencari sosok itu.
“Dasar”gerutu Ajeng sambil menyilakan tangannya
“Dan kau berhenti bertingkah seperti
orang kehilanan barang” tambah Ajeng jengah melihat kelakuanku.
“Bodo, suka-suka dong ngapain kamu yang sewot” kataku cuek dan
terus mencari sosoknya. Mungkin kalau ini adalah film PERAHU KERTAS aku sudah menggunakan radar untuk
mencari dia.
“Cuma pengin nglihatin Adit aja ampe kaya itu, kamu
freak Vi” kata Ajeng belagak bijak dan ku jawab hanya dengan gauman kecil.
Ajeng langsung marah dengan responku. Tuhan kenapa kau kirim aku sahabat yang
emosian kaya gini si. “Via” kata Ajeng marah.
“Apa Ajeng cantik” sahutku males.
“Dengerin omongan sahabatmu yang baik ini napa”
gerutu Ajeng “ Sekarang aku Tanya apa se bagusnya Adit, okeh selian dia putih
dan tinggi dia hanya seorang mahasiswa yang sok eksis di organisasi
kemahasiswaan, sok kritis dan sok eksis” lanju Ajeng sinis.
“Yee itu kan karena kamu kalah eksis sama dia dalam
oraganisasi, jadi jangan salahkan dia dong. Aku hanya suka lihat senyum dan
sosoknya doing kok” jawabku santai. Ajeng hanya mengendus kesal dan memalingkan
wajahnya. Aku mencari sosoknya dan bingo
ketemu dia berjalan dari arah tangga menuju parkiran. Hari inipun di mempesona
seperi biasanya. Senyumku langsung hilang sekita begitu melihat sosok perempuan
cantik dengan rambut panjangnya dan wajah orientalnya berlari kecil mengapiri
dia sambil merengek meminta sesuatu dan di jawab senyum yang ku sukai dari dia
.
“Via, via” teriak seseorang mengmpiri kami dengan
tergesa-gesa aku hanay diam mematung tampa melihat Melita tatapnku hanya
tertuju pada dia.
“Melita dari mana saja ha?”Tanya Ajeng cepat
“Via kamu tahu aku dapat kabar dari anak psikologi
kalau Adit lagi deket sama anak yang namanya Mon…mon..?” kata Melita cepat
tanpa mempedulikan Ajeng.
“Monik anak psikologi semester 1”kata Ajeng males.
“Iya monik, vi” kata Melita girang “Loh Ajeng sejak
kapan kamu di sini?” Tanya Melita heran.
“Kamu dasar, aku sudah dari tadi ada disini, di
samping Via paham” kata Ajeng tak terima dan memukul Melita dengan buku yang
dibawanya.
“He..he.. maaf abis ga lihat” jawab Malita tanpa
dosa. “Via”sentak Melita sedikit keras dan membangunkan lamunanku.
“Ah iya Mel kenapa” kataku berusaha untuk
tersenyum.
“Itu Adit katanya sudah..”
“Ah iya aku sudah tau kok hehe.., ayo kita ke
kantin sekarang aku udah laper nih” kataku memotong perkataan Melita dan mulai
berjalan duluan menuju kantin “Aku tau
mel, tolong jangan perjelas semua ini” kataku dalam hati.
“Dia kenapa? Tanya Melita heran?
“Itu” tunjuk Ajeng pada sesuatu, Melita melihat
kemana Ajeng menujuk ternyata kearah parkir.
“Itu kan” kata Melita tak percaya
“Dia tau karena dia melihat sendiri dan kau
memperjelas apa yang ia lihat” terang Ajeng
sambil menghela napas panjang. “Pada akhirnya walau dia bilang dia hanya
pengagum rahasia yang secara tidak sopan dan tanpa ijin selalu mencuri lihat
dia tetap saja kalau melihat orang yang diperhatikan dekat orang lain apa lagi jadi milik orang lain pasti rasanya sakit” jelas
Ajeng bijak.
===========================================================
Sejak saat itu aku tak pernal lagi melihat apalagi
memperhatikan sosoknya lagi, bukan karena rasa kagum itu telah hilang tapi
rasanya sakit kalau ternyata apa yang jadi kebiasaanku itu telah berasa orang
lain dan tersenyum pada orang lain. Dan
beruntung lah kedua sahabatku tak banyak bertanya atau pun berkomentar banyak,
mereka seakan tahu kalau sekarang aku memang butuh waktu. Ini adalah resiko
dari perbuatanku dan aku akui itu, tapi aku tak menyesal akan apa yang aku
lakukan hanya saja ada rasa kecewa bercampur sakit di hatiku.
Akhir ujian
semester ini dihiasi hujan. Iya setidaknya hujan ini mencerminkan isi hatiku.
Setidaknya hujan ini mengantikan air mataku yang mungkin tak bisa keluar lagi. Aku dan Ajeng duduk di depan kelas sambil
menunggu ujian selanjutnya. Kampus
tampak sepi hari ini hanya bebrapa mahasiswa yang hilir mudik, mungkin sebagian
dari mereka sudah pulang kampung. Kenapa tiba-tiba aku merasa ingin pulang ke
rumah setidaknya disana ada kakak ku yang membuatku lupa akan dia. Hujan ini
menjadi hiburan satu-satunya untukku saat ini, lihatlah hujan bertapa
menyedihkannya aku saat ini.
“Ini” kata Ajeng memberikan sebelah headsetnya padaku “Ini lagu bagus kok” lanjutnya. Aku memaki sebelah hesetnya di
telinga kananku. Sebuah alunan nada mulai terdengar dan nada ini sangat familiar di telingaku.
“Secret admirer” kataku tersenyum heran, Ajeng hanya mengangkat kdeua bahunya dan ikut
tersenyum.
Oh, secret admirer?
When you’re around the autumn feels like summer
How come you’re always messing up the weather?
Just like you do to me..
Andai kehadiranku sedikit mengacaukan harinya pasti aku sedikit
berbangga diri menjadi pengagum rahasianya . Tapi sepertinya itu tidak mungkin
karena dia bahkan belum mengenalku sama sekali
My Silly admirer
How come you never send me bouquet of flowers?
It’s whole lot better than disturbing my slumber
If you keep knocking at my door
Last night in my sleep
I dreamt of you riding on my counting sheep
Oh how you’re always bouncing
Oh you look so annoying.
Apakah kehadiaranku selalu manggangu
mu, apakah aku pernah ada dalam mimipi-mimpi malammu?
Dear handsome admirer
I always think that you’re a very nice fellow
But suddenly you make me feel so mellow
Every time you say: ”HELLO!”
Membuatmu merasa mellow karena
sapaanku, rasanya itu tak kan pernah tertjadi.
Karena kita tak pernah bertegur sapa apalagi berteman.
And every time you look at me
I wish you vanish and disappear into the air
How come you keep on smiling?
Oh! You look so annoying?.
My secret admirer
I never thought my heart could be so yearning
Please tell me now why try to ignore me
‘Cause I do miss you so
My silly admirer (’cause I do miss you so..)
My handsome admirer (’cause I do miss you so..)
Dear secret admirer?
Cause I do miss you so?
Apakah keberadaanku ini membuatmu marah, apakah kau
juga merasa kehilangan aku saat aku tak memeperhatian sosokmu lagi?.
“Hah..” aku
mengela napas panjang “Terima kasih” kataku jujur pada Ajeng . Ajeng hanya
tersenyum lembut. Mungkin benar ini saatnya aku berhenti menjadi pengagum
rahasianya karena aku begitu pecundang hanya melihatnya dari jauh tanpa pernah
mau mendekat. Andai saja ada kesempatan
lagi mungkin aku akan menjadi pengagum yang sopan karena setidaknya dia mengenal
aku. Aku hanya tertawa kecil menertawakan diriku sendiri.
“Permisi” suara baritone itu mengentikan
kegiatan gilaku “Apa boleh aku pinjam payungmu?” Tanya suara
itu dengan sopan, saatku arahkan pandanganku ternyata sosok itu ada di depanku.
“Ha”hanya kata itu yang terlontar dariku.
“Kamu Vianita jurusan Pendidikan Guru SD semester 3
kan?” Tanya sosok itu dengan ramah aku hanya menganggukkan kepalaku heran “ Oh aku Aditiya jurusan Psikologi
smester 3, kita satu gedung mungkin kamu jarang melihatku” lanjut dia sedikit
gugup “Ano boleh pinjam payungmu sebentar tidak, temankku mau mengambil barang
yang ketinggalan di sepeda motornya”
kata dia sedikit memelas.
“Payung?”tanyaku membeo setelah sadar dari ketidak
percayaan
“Iya paying yang ada di samping mu itu” kata dia
sambil menujuk ke sampingku. Aku
memberikan paying itu dan dia menerimanya dengan penuh senyum ramah, senyum
yang selalu ku suka itu. Sosok itu pun pergi dan mengampiri temannya dan
berjalan menuju sepeda motor biru itu. Mataku kembali tak bisa lepas dari sosok
itu.
“Cie yang di kenal sama Adit” goda Ajeng. Sial aku
lupa dengan sosok sahabatku ini, aku hanya menjawab dengan cengiran khasku.
“Oh ini terimakasih” kata Adit berjalan
terpogoh-pogoh sambil meneteng paying yang basah karena hujan. “Berkat payungmu
laporanku terselamtkan” tutur dia senang.
“Iya sama-sama” jawabku dengan senyum malu-malu.
“Sepertinya ada yang dilupakan disini” kata Ajeng
sedikit sinis.
“Aku sudah sering menyapamu Jeng, kau saja yang
selalu berlagak tidak mengenalku” jawab Adit tak kalah sinis.
“Aku tak kenal dengan teman yang tak mau
makan-makan karena sudah jadian, cepet putus loh” goda Ajeng lagi. Hatiku
sedikit terohok teringat Adit sudah ada yang punya.
“Jadian? Siapa?” Tanya Adit heran.
“Kau dengan anak semester satu itu” jawab Ajeng
santai
“Monik” jawab dia cepat dan kemudian tertawa renyah
“ tidak-tidak kok” lanjut dia sambil mengibas-ngibaskan tangannya “ Dia hanya
meminjam buku-bukuku saja” terang dia
“Tapi sepertinya dia suka kamu Dit” kata Ajeng
penasaran
“Sejak kapan Ajeng menjadi sekepo ini hah?” Tanya
Adit menggoda Ajeng, Ajeng hanya melihat Adit sinis “Kalau dia suka padaku ya
itu hak dia tapi sudah ada yang menarik perhatianku apalagi dia begitu
misterius karena dia selalu diam sambil melihatku dari jauh dan itu bukan Monik” jelas Adit sambil
merlirik ku. “Ya sudah lah, aku balik dulu mau ngumpulin laporanku” lanjut dia
berbalik dan melangkah meninggalkanku dan Ajeng. “
Apa maksud
lirikannya tadi “ kataku dalam
hati “Apa orang itu aku, ah tidak
mungkin”
“Oh iya” kata Adit sedikit keras dan bebalik
melihat aku dan Ajeng “Ajeng tolong bilang pada orang di sebelahmu jangan jadi
orang misteruis yang hanya duduk termenung sambil melihat kearahku tanpa mau
menyapaku dan jangan selalu memalingkan mukanya saat bertemu denganku di jalan karena
aku tidak semenakutkan itu” lanjut Adit dengan senyum manisnya dan kembali
berjalan menjauh tak lupa dengan lambaian tanganya.
“Cie-cie Via, kayanya ada yang berbunga-bunga nih
karena ternyata kegiatannya menguntin ketahuan
orangnya langsung” goda Ajeng
“What dia
tahu! Selama ini dia tahu kalau aku
melihat dia. Dan dia hanya diam dan mebuatku seperti orang bodoh” kataku dalam
hanya menggeram kesal. “Dasar
menyebalkan” kataku sebal “Dia mempermainkanku, di pura-pura tak tahu selama ini dan membuatku
seperti orang bodoh Jeng, dia menjelangkelkan” kataku tak terima. Ajeng hanya
cekikian melihat tingkahku. “Awas kau Adit akan ku ganggu hidupmu sampai kau merasa
hidupmu itu seperti di neraka” kataku keras tak peduli dia akan dengar bahakan
aku berharap dia mendengar apa ucapanku tadi,
Dan ia akan ku buat di keneraka tapi itu pasti neraka terindah untuk ku.
========== ^^==========
Tidak ada komentar:
Posting Komentar